Monday, March 25, 2013
Ujian Komprehensif: Naskah Refleksi Diri
Lembaran cerita perjuangan mencapai cita-cita menjadi dokter dimulai pada tahun 2007. Ketika itu, saya menginjak kelas XII di SMAN 28 Jakarta. Sebagai siswa SMA tahun terakhir, saya mulai berpikir kemana saya akan melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA. Yang perlu diputuskan saat itu adalah program studi dan perguruan tinggi mana yang akan saya tuju. Setelah mencari informasi dan bertanya kepada orang tua, saudara, guru, dan teman, akhirnya saya memutuskan untuk memilih program studi pendidikan dokter di Universitas Indonesia (UI). Alasan saya saat itu adalah karena dokter adalah profesi yang sudah jelas pekerjaannya setelah lulus. Memilih UI karena universitas ini saat itu menurut saya adalah universitas terbaik di negeri ini. Selain itu, dengan memilih UI berarti saya tidak harus pindah ke luar kota. Agar dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) saat itu bukanlah hal yang mudah. FKUI saat itu adalah pilihan sangat favorit siswa SMA. Namun, dengan berbekal usaha dan doa, saya diterima lewat jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Saat menjalani pendidikan kedokteran, saya memiliki pengalaman menarik. Pengalaman ini saya dapatkan saat menjalani Modul Praktik Klinik Ilmu Kesehatan Anak. Saya mendapat kesempatan menjalani kepaniteraan di RSUP Fatmawati selama satu pekan. Saya menemui pasien anak malnutrisi dengan HIV AIDS. Beruntung, anak tersebut mempunyai pelaku rawat yaitu ibunya. Ayah anak tersebut telah meninggal. Menurut keterangan ibunya, ayah anak tersebut meninggal karena overdosis narkoba. Kebetulan saya mendapat tugas presentasi kasus tentang malnutrisi. Supervisor presentasi kasus saya menyarankan untuk menggunakan kasus anak tersebut.
Saya sering berinteraksi dengan anak tersebut untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Setiap pagi saya melakukan follow up untuk mengetahui perkembangan kondisinya. Suatu ketika, ibu anak tersebut bertanya kepada saya apakah anaknya bisa sembuh total. Saya yang telah dibekali kemampuan breaking bad news mencoba mempraktikkan skill tersebut. Saya menjelaskan bahwa penyakit tersebut hingga saat ini belum bisa disembuhkan. Ibu anak tersebut tampak terpukul dan menahan air mata. Matanya tampak berkaca-kaca. Sebelum menerima penjelasan saya, ia mengira dengan pengobatan dan menuruti nasihat dokter, anaknya dapat sembuh. Saya mencoba berempati, menempatkan diri pada posisi ibu tersebut tanpa terlarut dalam perasaannya. Saya mengatakan bahwa rumah sakit akan berusaha sebaik mungkin untuk mengatasi kondisi yang masih dapat diperbaiki. Kita berharap kualitas hidup pasien dapat meningkat. Setelah mendapatkan penjelasan saya, ibu tersebut mengatakan menjadi paham kondisi anaknya.
Hari-hari setelah kejadian tersebut tampak agak berbeda dari biasa. Ibu tersebut menjadi lebih rajin beribadah: salat dan mengaji. Ia mengatakan telah pasrah atas kondisi anaknya. Ia akan terus merawat dan mendampingi anaknya sambil terus berdoa kepada Tuhan.
Dari pengalaman tersebut saya mendapat pelajaran tentang pentingnya empati. Untuk dapat menjadi dokter yang baik perlu latihan berempati. Dengan berempati seorang dokter dapat merasakan perasaan pasien sehingga hati-hati dalam berbicara dan tidak semena-mena. Komunikasi antara dokter-pasien pun akan lebih terjalin baik dengan adanya empati.
Selama menjalani pendidikan di FKUI, saya semakin memahami tentang profesi sebagai seorang dokter. Sebelum berkuliah di FKUI, saya berpikir bahwa dengan menjadi dokter saya akan cenderung mudah mendapatkan banyak uang. Namun, pandangan saya berubah seiring dengan berjalannya waktu. Dokter adalah sosok yang terhormat di mata masyarakat. Dokter adalah profesi mulia dimana ia bekerja untuk kemanusiaan, membantu menyembuhkan orang sakit. Uang bukanlah tujuan profesi ini namun pengabdianlah yang paling penting.
Ilmu kedokteran terus berkembang pesat. Berbagai penelitian dan temuan baru di bidang kedokteran menghadapkan kita pada keharusan untuk terus belajar, belajar sepanjang hayat. Dengan bekal ilmu yang telah saya pelajari selama 5 tahun ini, saya bertekad mengaplikasikannya untuk membantu sesama sesuai kemampuan saya. Saya juga akan memperbarui dan menambah ilmu agar dapat menolong pasien dengan mengikuti perkembangan zaman.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment